Senin, 22 Agustus 2022

BISAKAH PEMIMPIN KITA SEPERTI UMAR BIN KHATAB

Ketika Umar bin khatab pergi ke pinggiran kota Hura Waqim bersama Aslam, salah satu pembantunya. Dan ketika mereka tiba di Shirar maka mereka melihat cahaya api pada suatu malam hari itu. “ Hai Aslam, aku melihat di sana ada serombongan tamu yang kemalaman, mereka terpaksa berhenti di tempat itu karena kedinginan maka membuat perapian untuk menghangatkan tubuh mereka, mari kita kesana ,” Mereka pun pergi ketempat itu. Di tempat itu mereka menjumpai seorang perempuan bersama anak – anaknya yang masih kecil. Diatas nyala api terdapat sebuah panci yang sedang digunakan untuk memasak sesuatu sementara anak – anak kecil itu menangis tiada henti. “ Assalamu’alaikum, hai ahli cahaya,” Kata Umar “ Wa’alaikumsalam,” jawab perempuan itu “ Bolehkah aku mendekat?” Tanya Umar “ Anda boleh mendekat atau meninggalkan kami,” kata perempuan itu Setelah mendekat lalu Umar bertanya, ” mengapa kalian disini?” “ Kami kemalaman dan kedinginan,” jawab perempuan itu . “ Mengapa anak –anak itu menangis?” Tanya Umar “ Mereka kelaparan,” jawab perempuan itu. “ Lalu apa yang ibu masak dalam panci itu?” Tanya Umar “ Hanya air sekedar untuk mendiamkan tangis mereka sampai tertidur,” jelas perempuan itu “ Apakah pemerintah tidak memberikan makanan pada ibu dan anak – anak ?” Tanya Umar Perempuan itu terdiam dan lalu berbicara ” Allah beserta kita dan Umar, pemimpin kami sekarang sedang mengabaikan kami,” jawab perempuan itu dan Ia sama sekali tidak tahu bahwa yang berdiri di hadapannya itu adalah Umar bin Khatab, pemimpin mereka. Umar terdiam, ia pamit lalu bersama Aslam dengan langkah cepat pergi ke gudang penyimpanan tepung, Umar mengambil sekarung tepung dan sepotong daging berlemak. “ Naikanke punggungku,” kata Umar memberi perintah kepada Aslam. “ Biar Aku saja yang memikulnya,” Jawab Aslam “ Apakah Engkau yang memikul dosaku di hari kiamat?” Tanya Umar Aslam pun menaruh sekantung tepung ke punggung Umar, lalu dengan setengah lari Umar menuju keperempuan dan anak –anak itu dan Aslam mengikutinya dari belakang juga dengan setengah berlari, sesampainya disana Umar menaruh sekantung tepung itu dan mengambilnya sebagian lalu dimasukan dalam panci itu dan Umar sendiri yang memasaknya. Beberapa saat kemudian makanan telah matang dan sudah di taruh dalam wadah, ” Berikan makanan ini pada anak – anakmu yang kelaparan dan untukmu juga,” kata Umar. Setelah mereka kenyang maka perempuan itu berkata ” Terima kasih Tuan, Anda lebih baik daripada Amirul Mukminin Sayidina Umar bin Khatab, kami kira andalah yang tepat menjadi pemimpin kami. ” Mendengar itu Umar tersenyum dan perempuan itu tetap tidak tahu kalo yang membantunya adalah Umar bin Khatab sendiri.
Dari kisah di atas jelas bahwa masalah kemiskinan, kelaparan atau tanggung jawab sosial masyarakat tidak mampu ( kaum dhuafa ) adalah tanggung jawab pemerintah. Dan seandainya pemimpin kita bisa seperti Umar bin khatab yang cepat tanggap dan cepat bergerak, pasti tidak akan ada lagi pengemis berkeliaran di jalanan, pengamen di jalanan yang meminta – minta dengan mengabaikan keselamatan jiwa mereka sendiri juga tidak akan ada bayi( anak kecil ) yang meninggal dunia karena busung lapar.

Joko Tingkir

Joko Tingkir ngombe dawet

Jo dipikir marai mumet

Ngopek jamur nggone Mbah Wage

Pantang mundur, terus nyambut gawe

Pantang mundur, terus nyambut gawe


Ning Purwokerto tuku ketan

Iki cerito anak rantauan

Lombok rawit pedes tenan

Golek duwit kanggo masa depan

Golek duwit kanggo masa depan (heya-heyo)


Rokok klobot ning ngisor wit mlinjo

Paling abot ninggal anak-bojo

Tuku donat ning Kalimantan

Tetep semangat kanggo masa depan

Tetep semangat kanggo masa depan (heya-heyo)


Godhong kenikir, godhong koro

Jo dipikir aku arep ngliyo

Mangan jamur, mangan koro

Aku jujur, kowe ra percoyo

Aku jujur, kowe ra percoyo (heya-heyo)


Joko Tingkir ngombe dawet

Jo dipikir marai mumet

Ngopek jamur nggone Mbah Wage

Pantang mundur, terus nyambut gawe

Pantang mundur, terus nyambut gawe (heya-heyo)


Ning Banyuwangi tuku ketan

Iki cerito anak rantauan

Lombok rawit pedes tenan

Golek duwit kanggo masa depan

Golek duwit kanggo masa depan (heya-heyo)


Rokok klobot ning ngisor wit mlinjo

Paling abot ninggal anak-bojo

Tuku donat ning Kalimantan

Tetep semangat kanggo masa depan

Tetep semangat kanggo masa depan (heya-heyo)


Joko Tingkir ngombe dawet

Jo dipikir marai mumet

Ngopek jamur nggone Mbah Wage

Pantang mundur, terus nyambut gawe

Pantang mundur, terus nyambut gawe(heya-heyo)


Joko Tingkir ngombe dawet

Jo dipikir marai mumet

Ngopek jamur nggone Mbah Wage

Pantang mundur, terus nyambut gawe

Pantang mundur, terus nyambut gawe (heya-heyo)